Senin, 29 Agustus 2011

Biografi of my Mother


IBUKU…KEBANGGAANKU….

Pagi yang indah ditemani tetesan embun di antara daun-daun itu. Udara yang masih segar menambah indahnya desa Trucuk pagi itu. Desa yang indah dipenuhi bukit-bukit dan sawah-sawah, serta pohon pohon besar yang mengapit jalan desa itu. Matahari mulai manampakkan dirinya. Cahayanya yang menyilaukan menerangi sebauah rumah kecil. Rumah yang dibentengi pagar besi tua. Seberkas cahaya mulai memasuki jendela rumah itu, seakan-akan mengintip apa yang terjadi di dalamnya. Terlihat seorang wanita cantik dengan selendang batiknya, Ibu Marinem, dan seorang bidan tua. Seorang nyawa bayi di dalam perutnya dipertaruhkan oleh wanita ini. Ditemani pula oleh suami tercinta, Bapak Wagimin, seorang laki-laki besar dan gagah yang bekerja sebagai pegawai PT.KAI. Senantiasa keempat anaknya menunggu di luar kamar itu dengan kawathir dan cemas.

Keringat mulai mengucur dari tubuhnya. Segenap tenaga yang di butuhkan bagaikan tenaga kuda yang sedang memacu lajunya. Teriak dan tangisan menggenapi perjuangan dari wanita ini. Di sebelahnya, suaminya mengatupkan kedua tangannya bersujud, dibuatnya tanda salib di dadanya, matanya menengadah ke atas menghadap dan berbisik kepada Tuhan Yang Maha Esa, “Tuhan…hanya kepadamu aku berdoa dan memohon, selamatkan istriku dan anakku Tuhan…aku mohon lancarkan semua ini. Aku percaya kuasamu menyelimuti kami sekeluarga “. Air mata mulai membasahi pipinya ketika mendengar suara teriakan istrinya seakan- akan ikut merasakan betapa besar usaha dan perjuangannya. Rasa cemas , takut, sedih, gembira lega bercampur menjadi satu ketika terdengar tangisan bayi yang menandakan bahwa Tuhan telah mendengar doanya. Suaminya langsung bertoleh dan melihat mata sang istri dengan senyum kecil bahagia. Sambil memunggu anaknya yang sedang dibersihkan oleh bidan, Ia langsung memeluk istrinya sambil bebisik lembut ditelinganya “Kamu berhasil sayang“. Tak lama kemudian bayi itu diberikan kepada Ibunya. Bayi yang kecil mungil dan masih bersih itu dibalut dengan kain lembut dan mulai tertidur dalam pelukan Ibunya. Suaminya keluar dari kamar itu untuk menghampiri keempat anaknya “ Ayo masuk,,kalian harus lihat adik kalian “. Dengan segera mereka masuk dan menghampiri Ibunya. “ Usssttt…jangan berisik ya ? adik kalian masih tidur “, dengan halus Ibunya berkata dengan anak-anaknya.

Kusmirantini…..adalah nama singkat yang diberikan orangtuanya untuk anak kelimanya itu. Nama singkat yang indah, seindah matanya yang mungil dilengkapi dengan wajahnya yang selalu tersenyum dan tertawa. Lambat laun anak ini tumbuh menjadi besar. Saat itu umurnya masih 5 tahun. Hari-harinya selalu bermain dan ditemani dengan keempat saudaranya yaitu Sri, Joko, Doyo, dan Mur. Itu semua adalah nama panggilan mereka. Kusmiramtini mulai menginjakkan umur 7 tahun, hingga disekolahkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Klaten oleh orangtuanya. Sekolah yang jauh membuat Kusmirantini harus berjuang keras menyusuri 4 km jauhnya, ditemani Ibunya menuju sekolah itu. Dengan sepatu kusutnya, Ia menjalani sekolah pertamanya. Tak beda dengan seragam dan lengkap dengan topinya pun bekas dari kakaknya. Belum dengan keringat-keringat yang selalu mengucur dari badannya turut serta melengkapi perjuangan Kusmirantini. Namun, semua itu tak terlalu dipikirkannya, kerena Ia mempunyai tekad yang utuh untuk dapat belajar dengan baik dan ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Sekolah yang kecil, terlihat di halaman depan, pohon beringin tinggi menjulang meneduhkan segala ruangan. Terdiri dari 4 kelas dan dimuat hanya 14 murid saja. Kusmirantini, dengan penuh semangat mendengarkan segala untaian pelajaran yang dicelotehkan gurunya. Tak sia-sia karena semua itu membawa dirinya memperoleh peringkat 3 besar. Orangtuanya sangat bangga dengan hasil yang diraih Kusmirantini.

Kusmirantini mulai tumbuh menjadi remaja dan melanjutkan sekolahnya di SMP Negri 3 Klaten, tak jauh dari SD nya. Terletak di dekat jalan raya. Berbeda dengan SD, Kusmirantini mulai mengayuh sepedannya yang terbuat dari besi tua yang mulai berkarat untuk dapat menempuh perjalanana ke sekolah. Semangat yang menyelimuti wanita kecil cantik ini membawanya untuk terus melanjutkan pendidikannya di SMEA Negri Klaten. Rajin Belajar adalah kebiasaan baik yang dimilikinya. Namun, kesibukan belajarnya tak melupakan kewajibannya untuk membantu orang tuanya dan ke Gereja untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan mengucap syukur. Hingga sekarang Kusmirantini mempunyai sepuluh saudara kandung dengan enam saudara laki-laki dan empat saudara perempuan. Tidak hanya belajar tetapi berusaha ikut serta mengasuh keenam adiknya. Wanita kelahiran Klaten ini benar-benar tangguh.

Segala perjuangan waktu mudanya dipertaruhkan demi keberhasilan masa depannya. Tidak heran jika Ia dapat lulus dengan nilia baik dan melanjutkan di Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Management. Hasil ini benar-benar tak mengecewakan atas segala usaha dan perjuangannya. Karena kurangnya dana, Kusmirantini di bantu kakaknya yang yang sudah bekerja untuk membantu kuliahnya. Kuliah membuat dirinya mencoba berpisah dengan orangtuanya karena saat itu pula Ia harus singgah ke Jakarta demi pendidikannya. Namun, orangtuanya tidak sedih, justru mereka bangga karena keberhasilan putrinya. Orangtuanya berpesan “Sekolah dengan sungguh-sungguh nak,,,buat orangtuamu ini bangga akan kamu”. Pendidikan kuliahnya Ia tempuh selama kurang lebih 5 tahun hingga ia mendapat gelar S1.

Perjalanan pendidikannya saat itu mulai diwarmnai dengan perjalanan cintanya. Ia menemukan pujaan hatinya juga tak jauh dari tempat kelahirannya yaitu Klaten. Joko Hartanto, seorang lelaki garang berkumis dan berbulu tebal. Keduanya ditemukan oleh Tuhan di tempat kerjanya. Cantik, baik, dan sifat bekerja kerasnya ini membuat Kusmirantini dicintai olehnya. Kedua ini menjalin hubungan cinta. Wanita pekerja keras ini mempunyai tekad untuk dapat memperoleh pekerjaan sebelum menikah.

Pendidikan akhirnya selesai, Ia melamarkan dirinya disebuah Bank Swasta Jakarta. Satu amplop berisi surat-surat penting untuk melamar ia serahkan kepada Bank, dan tak lama, Ia kemudian dinyatakan diterima bekerja di Bank tersebut. Sungguh karya yang tak lepas dari tangan Tuhan. Ia mengucap syukur kepada Tuhan.

Kusmirantini,,,dengan wajah baru, seragam baru dan rapi ia kenakan tak lepas dari bed nama di dadanya. Hari yang baru disertai semangat yang baru untuk bekerja di tempat yang baru. Pengalaman ia tumpuk untuk menghiasi catatan hidupnya. Disisi lain, orangtuanya sangat bangga atas hasil yang diperoleh anaknya.

bersambung…………..

Semoga suatu saat nanti aku dapat meneruskan biografi ini...aminnn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar